Sabtu, 22 Desember 2012

Seandainya...



Aku akan menjadi buih….
Seperti putri duyung di dongeng itu. Kelak aku akan
menjadi buih dan membawa mati semua rahasia hatiku.
Sebut aku pesimis, tapi sudah terlalu lama aku menunggu
saat yang tepat untuk kebenaran itu. Dan selama itu,aku
melihat bagaimana benih-benih perasaanmu kepadanya
pelan-pelan tumbuh hingga menjadi bunga yang indah.


Aku kalah bahkan jauh sebelum mulai angkat senjata.
Kau ada dihidupku, tapi bukan untuk kumiliki. Kerjap mata
Indahmu hanya untuk dia dan selamanya itu tak akan
berubah. Meski begitu, kenapa aku tidak berusaha berbalik
dan mencari jalan keluar dari baying-bayang dirimu?

Jika suatu hari kau menyadari perasaanku ini, kumohon
jangan menyalahkan dirimu. Mungkin memang sudah begini
takdir rasaku. Cintaku padamu tak akan pernah
melambung ke langit ketujuh. Aku hanya akan membiarkan
buih-buih kesedihanku menyaru bersama deburan ombak
laut itu. Karena inilah pengorbanan terakhirku:
membiarkanmu bahagia tanpa diriku…



Sinopsis Novel Seandainya

Goodbye Happines

Kau dan Aku tidak ditakdirkan untuk berada
dalam satu kisah yang indah . Percaya atau tidak,
begitulah kenyataannya. Jangan menyangkalnya
karena akan sia-sia. Sama seperti berjalan
di atas pecahan kaca, setiap langkah kita
sesungguhnya hanya akan menuai luka.

       Kau dan Aku seperti tengah mencoba untuk
        membirukan senja yang selalu merah. Kita
         sama-sama berusaha, tetapi tidak bisa mengubah
           apa-apa. Senja tetap berwarna merah dan
            hatiku masih saja berkata tidak. Maka, berhenti
            dan renungkanlah ini semua sejenak. Tidak ada
             gunanya memaksa. Ini hanya akan membuatmu
                                           tersiksa dan aku menderita.


Lantas, kenapa kita tidak menyerah saja?
Bukankah sejak awal semuanya sudah jelas?
                 Akhirnya bahagia itu bukan milik kita;'-)



Sinopsis Novel Goodbye Happines


Minggu, 16 Desember 2012

Camar Biru

Aku membutuhkanmu...
Kau terasa tepat untukku. Pelukanmu serasi dengan
hangat tubuhku. Dan setiap bagian dari diriku sudah terlalu terbiasa
dengan kehadiranmu---Dengan suaramu, Dengan sentuhanmu,
Dengan aroma khas tubuhmu.
Dengan debaran yang terdengar seperti ketukan bermelodi saat
kau menatapku perhatian seperti itu.

Aku membutuhkanmu...
Ya cinta, ya waktumu. Dan kau sudah melihat jujur
dan juga munafikku. Bahkan, disaat aku begitu yakin
kau akan meninggalkanku, kau hanya menertawakan
kecurigaanku dan merangkul bahuku. Sungguh heran,
setelah sekian tahun pun, kau masih bertahan disini
bersamaku.

Aku membutuhkanmu...
Dan bisa jadi... aku mencintaimu.
Tapi, aku belum akan mengakui ini padamu. Aku belum
siap meruntuhkan bentengku dan membiarkanmu
memiliki hatiku...

Sinopsis Novel Camar Biru